Sabtu, 22 Oktober 2011

PELATIHAN PENGEMBANGAN KTSP, PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI


Ketapang, 30 September 2011 bertempat di SD Negeri 11 Benua Kayong Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang diselenggarakan kegiatan Pelatihan Pengembangan KTSP, Pengembangan Pembelajaran dan Pengembangan Profesi.


Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari
dari tanggal 30 September s.d 02 Oktober 2011.
Dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan yang diwakili oleh
Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, yaitu Bapak H.Hajilin. 



Dikuti oleh 60 peserta yang merupakan gabungan
dari  tiga gugus yang berada di Kecamatan Benua Kayong,
yaitu Gugus I, Gugus II dan Gugus X



Materi utama adalah Peyusunan Poposal PTK,
Penilaian Kinerja Guru dan Media Pembelajaran Inovatif,
dengan narasumber Ibu Suprapti,M.Pd
Widyaiswara LPMP Provinsi Kalimantan Barat



Sumber dana adalah bantuan blockgrant 2011
dari LPMP Provinsi Kalimantan Barat.


Rabu, 13 April 2011

TPACK TRAINING & RESEARCH

Berlangsung di sekertariat
GUGUS I KECAMATAN BENUA KAYONG
KABUPATEN KETAPANG


FOTO BARENG
Nara Sumber (baju putih), ketua KKKS Gugus I (kiri nara sumber)
dan Ketua KKG Gugus I (Kanan nara sumber)


ACARA PEMBUKAAN
dihadiri oleh Kepala Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Benua Kayong
(UPPK Benua Kayong)


TPACK
Technology, Pedagogy & Content Knowledge


Ketersediaan teknologi ternyata tidak membuat para guru
mengintegrasikannya dalam pengajaran.
Hal ini  terjadi di banyak negara.
Penyebabnya kurang/tidak memahami konsep TPACK.



TPACK merupakan penggabungan
Teknologi (masa kini),
Pedagogi (cara/metode mengajar) dan
Content (kurikulum/materi pelajaran)


 




Teknologi Masa Kini:
Laptop
Internet
Sofwware pendidikan
Interactive blackboard (papan tulis interaktif)
Digital blacboard (papan tulis digital)
Online blackboard (papan tulis online)
Kamera digital
HP
IPAD
dll


Hasil penelitian di banyak negara maju dan berkembang menunjukan bahwa pemahaman konsep TPACK yang baik terbukti mendorong keberhasilan integrasi teknologi dalam pengajaran.




 

MICRO TEACING


Simulasi pembelajaran dengan konsep TPACK

 

Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
menayangkan film yang di download
dari youtube.com

 




 TIME FOR A BREAK

LUNCH


 LUNCH MENU




 

SELAMAT BERKARYA



PISS (*_^)



by: Lusi Andriani, S.Pd

Jumat, 26 November 2010

PERUBAHAN LAGU HYMNE GURU

 HYMNE GURU
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sbagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia

Jika diperhatikan sekilas, tidak ada yang berbeda dari bait-bait Hymne Guru di atas. Tapi jika lebih teliti akan ditemukan perubahan cukup mendasar yang  terletak pada bait terakhir yaitu: "pembangun insan cendikia" merupakan pengganti dari bait "tanpa tanda jasa" yang slama ini kita ketahui bersama. 
Ternyata predikat "pahlawan tanpa tanda jasa" menjadikan guru sebagai korban ketidakadilan dalam dunia pendidikan. Pahlawan tanpa tanda jasa, seolah-olah dimaknai dengan guru memang wajar jika tak mendapatkan balas jasa atas usahanya, atau minimal harus merasa cukup dengan balas jasa yang alakadarnya karena toh memang pahlawan tanpa tanda jasa.
Untuk mengakhiri penderitaan guru maka sebuah langkah diambil. Pada tanggal 8 November 2007, Sartono, sebagai pencipta Hymne Guru, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas, Dr. Fasli Jalal Ph. D dan Ketua Pengurus Besar PGRI HM. Rusli, telah menandatangani surat resmi tentang penggantian lirik terakhir dari Hymne Guru tersebut. Kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”.


Hal itu diperkuat dengan Surat Edaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007, bahwa kata: “Pahlawan Bangsa Tanpa Tanda Jasa” diganti dengan kata “Pahlawan Bangsa Pembangun Insan Cendikia”.

Padahal makna hakiki dari “pahlawan tanpa tanda jasa” adalah bahwa jasa guru begitu besar sehingga tidak ada satu tanda jasapun yang sebanding untuk membalas jasa yang telah diberikannya. 


Sabtu, 13 November 2010

Aku guru modern atau primitif ???


Setiap saya bertanya kepada mahasiswa2 calon guru atau peserta penataran yang kesuluruhannya adalah guru2 dari berbagai daerah di Indonesia “Apakah Anda guru modern atau primitif ?? …” hampir semuanya menjawab bahwa mereka adalah guru yang modern dan sebahagian kecil menjawab mereka adalah guru yang akan menjadi guru modern.
Tetapi, apakah Anda benar-benar seorang guru yang modern ??…
STOP …. !!!!
jangan dijawab dulu… !
Sebaiknya, dengar cerita saya terlebih dahulu…
Manusia primitif yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Sumatera, Jawa Barat dan Irian Jaya menganggap pakaian yang dikenakan seperti baju (baju dari kulit kayu) adalah sebuah alat bantu untuk melindungi tubuhnya dari serangan binatang atau hewan buas dan berbahaya yang sewaktu2 pakaian tsb tidak perlu mereka gunakan apabila mereka merasa aman (tidak dalam bahaya). Pertanyaan yang muncul dalam benak mereka ketika hendak keluar rumah adalah “Apakah saya perlu memakai baju atau tidak ?…”
Sedangkan bagi orang modern baju bukan lagi sekedar alat pelindung tubuh tetapi sudah menyatu (integrated) dengan dirinya. Sehingga tentu saja pertanyaan yang muncul dalam benak mereka berbeda dengan pertanyaan yang muncul dalam benak orang primitif . Bukan lagi “Apakah saya perlu memakai baju atau tidak ?… Tetapi, “Baju apa yang akan saya kenakan hari ini ?…” Yang tentu saja akan disesuaikan dengan acara yang akan dikunjungi, sebagai contoh, saat hendak berolah-raga tentu memakai pakaian yang berbeda dengan pakaian yang dikenakan saat ke pesta. Bahkan saat memikirkan pakaian yang akan dikenakan pun mereka sedang memakai baju/pakaian .. Bukan begitu ? …
Demikian juga seorang guru, sewaktu akan mengajar apakah pertanyaan yang muncul dalam benaknya adalah “Apakah saya akan menggunakan media atau tidak ?? ..” apabila demikian, tentu inilah jawaban guru2 primitif. Sedangkan bagi guru2 modern pertanyaan yang muncul sewaktu akan mengajar adalah : saya akan menggunakan media apa dalam pengajaran materi hari ini ??…
So, Sekarang silahkan Anda jawab apakah Anda termasuk guru modern atau primitif ???


sumber:

Kamis, 11 November 2010

SOSIALISASI METODE GASING

Kamis (11/11) Kembali KKG Gugus II Benua Kayong, mengadakan kegiatan peningkatan kompetensi guru melalui "Sosialisasi Matematika GASING", dengan nara sumber H.Taruna, S.Pd (Ketua KKG) yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan secara langsung dari Tim Surya Institute selama 4 hari tingkat Propinsi Kalimantan Barat.


Sosialisasi ini diikuti oleh 16 orang guru dari 4 Sekolah Dasar
yang tergabung dalam KKG Gugus II Benua Kayong.




Selama mengikuti kegiatan, peserta sangat antusias karena mendapat ilmu baru tentang pembelajaran matematika yang terkadang bagi guru-pun sulit ternyata bisa menjadi mudah dengan metode GASING, sehingga menjadi menyenangkan dan asyik menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan.

Kami; anggota KKG Gugus II Benua Kayong berharap, pelatihan bagi guru-guru untuk mempelajari Matematika GASING dapat ditingkatkan. Sehingga mitos matematika sulit dan menyebalkan bisa hilang, berganti dengan CINTA METEMATIKA.





By. Lusi Andriani, S.Pd

MATEMATIKA GASING



GASING merupakan singkatan dari "GAmpang, aSIk dan menyenaNGkan", metode mengajar matematika dan fisika yang ditawarkan oleh Prof. Yohanes Surya pendiri Surya Institute.

Dengan metode GASING, siswa belajar matematika secara gampang/mudah, asyik dan menyenangkan. Dikatakan mudah karena metodenya sangat mudah dimengerti oleh siswa. Karena mudahnya maka siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.  Ketika anak tahu cara menyelesaikan matematika, maka siswa akan merasa asyik berlatih. Mereka anggap mengerjakan soal matematika itu seperti bermain game.  Mereka merasa bahwa belajar matematika itu ternyata menyenangkan sekali.

Selama 13-15 tahun mengembangkan matematika GASING ini Prof.Surya melihat bahwa pelajaran matematika harus diberikan secara berurutan sebagai berikut:
ü  Pengenalan bilangan
ü  Penjumlahan
ü  Perkalian
ü  Pengurangan
ü  Pembagian
ü  Bilangan negatif
ü  Aplikasi operasi hitung
ü  Pecahan
ü  Desimal
ü  Geometri (termasuk skala dan simetri)
Untuk memasyarakatkan Matematika GASING, Surya Institute memiliki beberapa program yang bisa menjadi tempat bagi guru dan orang tua untuk mendapat pelatihan metode GASING, diantaranya:

Kabupaten Cinta Matematika
Prof. Yohanes Surya memberikan pelatihan gratis untuk 1-2 guru dari tiap kabupaten di Indonesia. Guru-guru ini setelah 3-6 bulan diharapkan dapat kembali ke daerah masing-masing dan melatih guru-guru didaerahnya sehingga terjadilah multiplier effect”dimana nantinya setiap anak di Indonesia akan mampu belajar matematika secara GASING (Gampang, ASyIkdan menyenaNGkan).

Gerakan Ibu-ibu Pandai Matematika
Memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di kotamadya/kabupaten secara bertahap dan berjenjang. Peserta bisa berasar dari: PKK, Arisan ibu-ibu, Kelompok Kegiatan Keagamaan ibu-ibu, Lembaga-lembaga Sosial. Info lebih lengkap silahkan kunjungi http://www.yohanessurya.com/

Sabtu, 06 November 2010

SUSUNAN PENGURUS

Ketua :
H.TARUNA, S.Pd

Sekretaris : 
LUSI ANDRIANI, S.Pd

Bendahara :
Hj. HINDUN, A.Ma.Pd

Ketua Bidang Perencanaan:
JUNAIDI. S.Pd

Ketua Bidang Pengembangan Organisasi, Administrasi dan Sarana
SRI RAHAYU,S.Pd

Ketua Bidang Humas dan Kerjasama
SAJIMAN, S.Pd